KEPALA SEKOLAH

WhatsApp Image 2019-10-28 at 11.37.47

Bapak Agus Deni Syaeful, M.M.Pd.

======================================

Era globalisasi setiap saat semakin berkembang, betapa pentingnya sistem pendidikan nasional terhadap dunia pendidikan. Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dapat bangkit di dalam menghadapi berbagai kesulitan.
Sekolah adalah salah satu lembaga yang dapat merealisasikan tujuan pendidikan nasional melalui sekolah bisa mengembangkan pembentukan dan katerampilan serta banyak kegiatan positif yang dilaksanakan sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan.

Besar harapan setiap siswa dapat melestarikan dan menerapkan nilai-nilai luhur pendidikan yang berkarakter untuk memajukan bangsa dan negara Indonesia menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, dan berbudi luhur

Gerakan Buka Kelas

Alhamdulillah pelaksanaan Gerakan Buka Kelas siklus pertama dengan Transcript Based Learning Analysis berjalan dengan lancar. Program ini merupakan kerja sama SMPN 12 Bandung dengan UPI dan Hiroshima University.

Daftar ulang PPDB Tahap 1

Selamat kepada ananda yang lolos PPDB Tahap 1 ke SMPN 12 Bandung. Daftar ulang PPDB Tahap 1 dilakukan secara daring melalui website ppdb.bandung.go.id pada tanggal 27 s.d. 28 Juni 2022. Daftar ulang secara luring pun dilaksanakan pada tanggal tersebut dengan menyerahkan berkas-berkas yang tertera ke ruang panitia PPDB SMPN 12 Bandung. Terima kasih. SMPN 12 Tangguh!

Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran Berdiferensiasi di SMPN 12 Bandung

titinada

Oleh : Titin Supriyatin, S.Pd. – (CGP Angkatan 4 Kota Bandung)

Koordinator Tim Pengembang Sekolah -SMPN 12 Bandung
Koordinator Mapel IPA APKS PGRI Jawa Barat

“Apakah saya mengubah pemikiran saya sebagai akibat dari apa telah saya pelajari?”

“Bagaimana perubahan pemikiran tersebut berkontribusi terhadap pemahaman saya tentang implementasi pembelajaran berdiferensiasi?”

Menurut Tomlinson (2001: 45), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Namun demikian, pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 32 cara yang berbeda untuk mengajar 32 orang murid. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk murid yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.  Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas, bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya, bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut, Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi, Manajemen kelas yang efektif serta Penilaian berkelanjutan. 

Sebagai Pendidik profesional, guru dituntut dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi karena munculnya kesadaran bahwa setiap murid memiliki kebutuhan belajar yang berbeda. Kebutuhan belajar ini perlu diakomodir agar setiap murid dapat menikmati dan mendapat manfaat dari pembelajaran sehingga tercipta “Student wellbeing”. 

Mengetahui Kebutuhan Belajar Murid 

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek; Kesiapan belajar (readiness) murid, Minat murid, dan Profil belajar murid. 

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Guru perlu mengetahui kesiapan murid dalam menerima materi melalui serangkaian tes diagnostik baik kognitif maupun non kognitif. Tes Kognitif dapat berfungsi untuk mengetahui pemahaman awal murid, sehingga guru dapat menyetel pembelajaran seperti menyetel Equalizer, darimana harus memulai pembelajaran. Begitu pula tes non kognitif. Dengan mengetahui modal kesiapan belajar murid, tentu guru akan lebih mudah menfasilitasi pembelajaran sehingga sampai tujuan dengan meningkatkan kompetensi dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal.

kesiapan belajar murid

Tombol-tombol dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.  Adapun tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph, Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).

Selain menemukan kesiapan belajar murid,  pemberian tes diagnostik guru juga akan memudahkan guru dalam mengidentifikasi  Minat dan Profil belajar belajar murid. Karena minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran, maka memahami minat murid dalam belajar akan membantu guru untuk dapat mempertimbangkan bagaimana ia dapat mempertahankan atau menarik minat murid-muridnya agar terlibat dalam belajar. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid.

Profil Belajar mengacu pada cara-cara bagaimana kita sebagai individu paling baik belajar. Tujuan dari mengidentifikasi atau memetakan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar. Tes diagnostik non kognitif untuk menemukan Profil Belajar ini tak kalah penting dibandingkan dengan tujuan tes diagnostik kognitif. Dengan mengetahui profil belajar murid, tentu murid akan belajar lebih alamiah dan dapat menikmati pembelajaran tanpa paksaan dan tidak terbebani secara psikologis. 

A small green rectangle to divide sections of the document

Melaksanakan Pembelajaran Berdiferensiasi di Kelas 

Setiap guru pada dasarnya mampu melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas. Keprofesionalan guru terukur dari kompetensi pertama yakni mengenal karakteristik peserta didik.  Apabila guru telah memiliki data kesiapan belajar, minat dan profil belajar murid, maka langkah selanjutnya adalah melakukan eksekusi rencana pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing murid.  Guru dapat membuat peta kebutuhan murid dan memberikan treatmen pembelajaran berdiferensiasi. Strategi diferensi ini bisa pada konten, proses maupun produk bergantung pada kebutuhan belajar murid di kelas tersebut. 

Sebagai contoh saat kita mengetahui bahwa di kelas kita terdapat murid dengan gaya belajar Visual, Auditori dan Kinestetik, maka guru dapat menentukan cara pembuatan laporan proyek pembelajaran dengan cara yang sesuai dengan gaya belajar murid. Cara membuat laporan bisa dibuat dalam bentuk makalah, presentasi power point, rekaman suara, bercerita, komik,  video dan lainnya. Guru cukup memberikan rambu-rambu laporan misalnya saja pada laporan harus menyampaikan tujuan pengerjaan proyek, alat dan bahan yang digunakan, cara pembuatan dan lain-lain. Adapun caranya murid dapat menentukannya. 

Di kelas penulis sendiri, pembelajaran berdiferensi dengan strategi diferensi konten diimplementasikan pada Capaian Pembelajaran, “Peserta didik mengelaborasikan pemahamannya tentang posisi relatif Bumi-Bulan-Matahari, sistem tata surya, struktur lapisan Bumi untuk menjelaskan fenomena alam yang terjadi” pada pembelajaran tentang gerhana bulan dan dampaknya bagi kehidupan di bumi misalnya terjadi banjir rob . Guru dapat mengemas pembelajaran dengan meminta murid mencari informasi mengenai dampak terjadinya banjir rob. Informasi yang dicari murid boleh dalam bentuk artikel berita, video dll, yang terpenting faktual dan relevan. Maka cara murid menemukan informasi bisa beragam. Setelah diperoleh informasi berbagai dampak banjir rob, guru dapat meminta murid menentukan satu dampak banjir rob yang menarik perhatiannya. Murid dapat dikelompokkan dengan sesama minatnya tanpa paksaan. Setiap kelompok diminta berdiskusi menentukan solusi terbaik apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir dampak dari banjir rob. Setelah kelompok menyepakati solusinya, maka setiap orang bisa diminta menentukan caranya atau prosesnya merealisasikan solusi yang disepakati kelompok tadi. Setiap orang tentu memiliki cara yang menurutnya terbaik. Dengan gaya belajar yang berbeda dan kemampuan berpikir yang berbeda setiap anak bebas menentukan prosesnya yang terpenting setiap orang bertujuan meminimalisir dampak banjir rob yang disepakati. 

Hal ini dilakukan guru semata-mata karena menghargai keberagaman murid. Tidak ada benar dan salah dalam menentukan cara, tapi alur berpikir ini yang harus terus dikembangkan oleh guru dalam membantu murid mencapai tujuan pembelajaran dengan capaian yang maksimal .  dengan proses belajar yang alami tanpa paksaan.  Sebagaimana dikatakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa tugas guru itu adalah ‘menuntun’ bukan menuntut. Guru hanya dapat membantu murid menemukan minatnya, menggali potensinya dan menjadikannya merdeka. Artinya guru bertugas menuntun murid agar bisa mengatur dirinya sendiri. Saat murid menentukan minatnya terhadap masalah yang diambil, saat dia menentukan caranya masing-masing untuk merealisasikan solusi yang disepakati disitulah guru hakikatnya sudah melaksanakan tugasnya yakni memerdekakan murid. 

Sumber :

 Modul 2.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang Pembelajaran Berdiferensiasi. 

Contoh RPP Berdiferensiasi : https://bit.ly/Contoh_RPP_Berdiferensiasi